Berbicara mengenai Blockchain, tidak akan lepas dari kemuculan Bitcoin. Bitcoin sendiri merupakan sebuah fenomena awal munculnya mata uang digital yang tidak terhubung sama sekali dengan mata uang yang sudah dikenal yang digunakan sampai saat ini. Bitcoin disebut juga dengan cryptocurrency (mata uang kripto) atau mata uang yang dienkripsi. Hadirnya Bitcoin merupakan sebuah jawaban atas kebutuhan akan transaksi daring (online) yang cepat, mudah dan transparan serta diterima oleh kedua belah pihak yang sepakat melakukan transaksi. Secara sederhana, munculnya Bitcoin dapat diartikan sebuah digital disruption dalam sistem kauangan terutama pada sistem finansial yang sudah ada.
Apa Itu Blockchain?
Blockchain atau dapat disebut juga sebagai teknologi pembukuan terdistribusi (Distributed Ledger Technology/DLT) merupakan sebuah konsep dimana setiap perseta/pihak yang tergabung dalam jaringan terdistribusi memiliki hak akses terhadap pembukuan tersebut. Konsep yang dibawa oleh blockchain merupakan penerapan konsep yang sudah ada, yaitu konsep database terdistribusi. Konsep ini lahir bersamaan dengan lahirnya Bitcoin sekaligus sebagai jawaban atas permasalahan tidak adanya pihak ketiga (institusi finansial/pemerintah) untuk membangun kepercayaan diantara pihak-pihak yang melakukan transaksi di lingkungan yang tidak aman.
Secara konseptual, teknologi blockchain dapat disamakan dengan teknologi yang digunakan pada basis data terdistribusi. Pada basis data terdistribusi informasi yang tercatat akan disimpan dan dibagikan kepada setiap anggota di jaringan tersebut. Teknologi ini juga yang mewujudkan penghilangan/ketidakhadiran pihak ketiga (institusi finansial/pemerintah) bagi mata uang kripto, dan konsep ketidakhadiran pihak ketiga ini merupakan sebuah konsep yang sudah cukup lama ada (sekitar 30 tahun). Selain itu, teknologi blockchain juga dapat mencegah terjadinya transaksi ganda/double-spending dengan mengkombinasikan teknologi jaringan peer-top-peer dan kunci publik kriptografi. Secara literal, teknologi blockchain dapat diartikan sebagai kumpulan potongan-potongan informasi yang dikaitkan satu sama lain dengan memanfaatkan fungsi hash dan enkripsi dari bidang kriptografi.
Karakteristik dari teknologi blockchain yang dapat dirangkum dari penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
- Memiliki pembukuan yang terdistribusi/tersebar di dalam jaringan peer-to-peer serta dapat diakses oleh semua anggota yang tegabung di dalam jaringan tersebut. Proses pembukuan merupakan sebuah proses yang selalu diverifikasi dengan menerapkan konsensus yang telah disepakati oleh setiap simpul di dalam jaringan;
- Memiliki informasi yang tidak berubah dan aman dari perubahan karena adanya proses verifikasi dan semua simpul memiliki nilai informasi yang sama;
- Memiliki transparansi untuk semua anggota sehingga dapat melihat informasi yang tersimpan di dalam blockchain tetapi tidak dapat mengubah apapun; dan
- Memiliki Smart Contracts, sebuah media/cara untuk menyimpan semua aturan dan kebijakan yang akan digunakan saat negosiasi ketentuan kontrak.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa, informasi yang disimpan dengan memanfaatkan teknologi blockchain adalah benar dan valid.
Cara Kerja Blockchain
Blockchain adalah kumpulan lebih dari satu blok yang membentuk rantai. Setiap blok memiliki 3 elemen yaitu data, nilai hash dari blok, dan nilai hash dari blok sebelumnya. Data yang disimpan dalam blok bergantung pada tipe blok. Sebagai contoh, blockchain pada Bitcoin, dimana komponen data akan berisi detil transaksi seperti penerima, pengirim dan nilai koin.
Ada beberapa mekanisme/teknik yang dipakai di dalam blockchain sehingga keamanan dari blockchain lebih terjamin. Mekanisme pertama adalah pemanfaatan teknik hash, dengan memanfaatkan teknik hash dari kriptografi, blok akan memiliki nilai hash yang mengidentifikasi blok dan seluruh isinya dan bersifat unik. Saat blok dibuat nilai-nilai hash-nya sekaligus dihitung. Mengubah sesuatu dalam blok akan mengakibatkan nilai hash-nya berubah. Dengan kata lain, nailai hash bermanfaat untuk mendeteksi perubahan blok. Elemen ketiga dari blok adalah nilai hash dari blok sebelumnya,. Teknik memanfaatkan hash inilah yang membuat blockchain menjadi lebih aman, karena jika ada yang mengubah salah satu blok dalam rantai blok maka nilai hash-nya akan berubah dan blok berikutnya akan menjadi tidak valid lagi karena tadak menyimpan nilai hash yang valid dari blok sebelumnya. Artinya, perubahan yang dilakukan terhadap sebuah blok akan mengakibatkan seluruh rantai blok menjadi tidak valid.
Mekanisme yang kedua adalah mekanisme proof-of-work. Mekanisme ini adalah mekanisme untuk memperlambat pembuatan blok baru. Mekanisme ini hadir dengan tujuan untuk mempersulit perubahan sebuah blok karena mengubah sebuah blok berarti harus menghitung proof-of-work seluruh blok. Dalam kasus Bitcoin dibutuhkan waktu 10 menit untuk membuat blok baru dan menambahkan blok ke rantai.
Mekanisme ketiga yang digunakan untuk mengamankan blockchain selain hash dan proof-of-work adalah pengelolaan secara terdistribusi. Blockchain menggunakan jaringan peer-to-peer dimana semua orang diijinkan untuk bergabung. Ketika seseorang bergabung dia akan mendapatkan salinan lengkap blockchain. Pada saat sebuah blok baru dibuat, blok baru tersebut akan dikirimkan ke semua orang yang tergabung di dalam jaringan. Setiap node akan memverifikasi blok untuk memastikan validitas dari blok. Jika semua blok bernilai valid, maka setiap node akan menambahkan node yang baru tersebut ke blockchain-nya sendiri.
Semua node dalam jaringan ini membuat konsensus. Mereka sepakat mengenai mana blok yang valid mana yang tidak. Blok yang tidak valid akan ditolak oleh node yang lain dalam jaringan. Jadi untuk berhasil mengubah blockchain kita harus mengubah semua blok dalam rantai, mengulangi proof-of-work tiap blok, dan mengendalikan lebih dari 50% peer-to-peer. Hanya dengan cara itu blok yang diubah bisa diterima oleh semua orang.
Blockchain juga secara terus-menerus dikembangkan. Salah satu perkembangan yang terakhir pembuatan kontrak cerdas (Smart Contract). Kontrak ini adalah sebuah program yang disimpan pada blockchain dan dapat digunakan untuk secara otomatis menukar koin berdasarkan suatu kondisi.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada 3 teknik/mekanisme yang digunakan untuk membuat blockchain menjadi lebih aman. Tiga teknik/mekanisme tersebut adalah penggunaan hash, mekanisme proof-of-work, dan pengelolaan secara terdistribusi.
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
Memanfaatkan teknologi blockchain untuk keamanan dataset dan sistem dari Internet of Things (IoT) merupakan hal baru yang menjajikan. Kemaanan dataset dari IoT merupakan hal yang penting, mengingat sensivitas dataset IoT dan kebutuhan untuk sebuah standar dalam mekanisme pertukaran/pembagian dataset dari IoT diantara peneliti, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Kemajuan teknologi, terutama kemajuan yang terjadi di bidang semi-konduktor dan telekomunikasi, menyebabkan kita dapat memanfaatkan alat-alat yang ada terhubung ke jaringan internet dengan mudah. Kemajuan ini juga mendorong pergesaran kebutuhan akan teknologi dari masyarakat, yang awalnya membutuhkan perangkat teknologi informasi untuk mengolah data menjadi masyarakat yang menghasilkan begitu banyak data dan semuanya itu terhubung ke jaringan internet.
Melihat kemajuan yang seperti ini, diperlukan sebuah mekanisme yang cukup tangguh, terutama dalam bidang Internet of Everything (IoE) yang cakupannya lebih luas daripada hanya IoT saja. Data yang dihasilkan dari Internet of Battlefield Things (IoBT) atau Intenet of Medical Things (IoMT), merupakan data yang sensitif sehingga diperlukan sebuah mekanisme komunikasi yang dapat diandalkan dalam menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan keamanaan data yang dihasilkan oleh alat-alat dari IoE.
Pemerintahan atau organisasi dapat memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh blockchain dalam hal komunikasi dan proses data antar bagian organisasi atau pemerintah. Blockchain dapat dimanfaatkan untuk menjaga keutuhan data dari kegiatan pencatatan transaksi, peristiwa, sertifikat, dan kepemilikan yang ada di dalam organisasi atau pemerintahan.
Secara garis besar, pemanfaatan blockchain untuk organisasi atau pemerintahan dapat di bagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
- Dari sisi perspektif pemerintahan oleh blockchain, dimana organisasi dapat mengadopsi teknologi blockchain dan diterapkan pada proses yang terjadi di dalam organisasi, seperti penyediaan layanan dan mengatur transaksi; dan
- Dari sisi perspektif tata kelola blockchain atau Blockchain Governance, dimana organisasi atau pemerintahan yang menentukan bagaimana seharusnya blockchain digunakan, bagaimana blockchain digunakan untuk beradaptasi terhadap perubahan sekaligus untuk memastikan bahwa nilai-nilai publik dan kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Selain 2 (dua) contoh di atas, dalam pemanfaatan teknologi blockchain, dapat digunakan juga di bidang manajemen proyek konstruksi. Di dalam proyek konstruksi, kegiatan yang kompleksitasnya cukup besar dan secara umum hubungan yang terjadi diantara perusahaan konstruksi yang saling bekerja sama berbentuk hirarki atau peer-to-peer. Hubungan tersebut terjadi pada saat mereka saling bertukar informasi secara intensif dan kesatuan manajemen informasi agar proyek konstruksi yang dikerjakan bersama dapat berjalan dengan lancar. Kesatuan manajemen informasi ini diperlukan agar komunikasi antar perusahaan konstruksi dapat berjalan lebih baik dan terarah, apalagi ditunjang dengan kehadiran teknologi kemonukasi seperti saat ini.
Kesimpulannya adalah, teknologi blockchain dapat memberikan alternatif yang dapat diterapkan dalam masalah-masalah yang terjadi pada proyek konstruksi dan dapat juga sebagai sebuah bingkai kerja (framework) teknologi infromasi untuk diterpkan di proyek konstruksi.
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Di Bawah Sini